Loading Now

HARTA DUNIA & PENGARUHNYA TERHADAP KETAQWAAN & KEDURHAKAAN

Allah Subhanahu Wa Ta’ala berfirman di dalam surat Al Jasiah (45):23

اَفَرَءَيْتَ مَنِ اتَّخَذَ اِلٰهَهٗ هَوٰٮهُ وَاَ ضَلَّهُ اللّٰهُ عَلٰى عِلْمٍ وَّخَتَمَ عَلٰى سَمْعِهٖ وَقَلْبِهٖ وَجَعَلَ عَلٰى بَصَرِهٖ غِشٰوَةً ۗ فَمَنْ يَّهْدِيْهِ مِنْۢ بَعْدِ اللّٰهِ ۗ اَفَلَا تَذَكَّرُوْنَ
“Maka pernahkah kamu melihat orang yang menjadikan hawa nafsunya sebagai Tuhannya dan Allah membiarkannya sesat dengan sepengetahuan-Nya, dan Allah telah mengunci pendengaran dan hatinya serta meletakkan tutup atas penglihatannya? Maka siapakah yang mampu memberinya petunjuk setelah Allah (membiarkannya sesat)? Mengapa kamu tidak mengambil pelajaran?” (QS. Al-Jasiyah 45: Ayat 23)

Apa yang dimaksud dengan mempertahankan hawa nafsunya? Yaitu apa saja yang perintahkan     oleh     hawa     nafsunya yang  dipandang  baik oleh hawa nafsunya, oleh hayalannya, oleh nalurinya, dia  kerjakan meskipun itu berupa naluri egoisme, naluri ketamakan, naluri keangkuhan; dan apa  saja   yang  dipandang  buruk   oleh hawa   nafsunya atau oleh hayalannya  atau oleh nalurinya, dia   tinggalkan.  Misalnya, tidak suka berinfaq, karena menurut hayalan hawa nafsunya, banyak berinfak itu akan mengurangi penghasilannya.

Ayat  ini   juga  dijadikan   sebagai  dalil untuk                     membantah                     golongan  Mu’tazilah         yang         menjadikan        nilai buruk    dan   baik   hanya  berdasarkan   kriteria  rasio pikiran   mereka.       Menurut       apa       yang  diriwayatkan    dari   Malik    sehubungan dengan  tafsir  ayat  ini,  orang  tersebut  tidak      sekali- kali    menyukai    sesuatu melainkan dia mengabdinya dan sesuatu itu menjadi tujuan hidupnya.

وَاَضَلَّهُ اللّٰهُ عَلٰى عِلْمٍ:
dan Allah membiarkan sesat dengan ilmunya.

Maksudnya yaitu, orang tersebut sesat setelah memiliki ilmu pengetahuan yang tinggi, karena sombong dengan ilmu yang telah dipelajarinya dan dikuasainya sehingga merasa serba tahu dan tidak lagi mau tunduk dengan aturan syariat Allah dan syariat Rasul yang dianggapnya tidak sesuai lagi dengan perkembangan budaya dan kebutuhan manusia modern.
وَخَتَمَ عَلٰى سَمْعِهٖ وَقَلْبِهٖ وَجَعَلَ عَلٰى بَصَرِهٖ غِشٰوَةً.
Dan Allah telah mengunci   mati pendengaran  dan hatinya , dan  meletakkan tutupan pada  penglihatannya.
Maksudnya, orang tersebut tidak lagi mau menerima masukan maupun nasehat ajaran agama yang isinya berbeda dengan apa yang ada dalam pikirannya, berbeda dengan misi, visi dan ambisi pribadinya.

فَمَنْ يَّهْدِيْهِ مِنْ بَعْدِ اللّٰهِ اَفَلَا تَذَكَّرُوْنَ.
Maka   siapakah  yang akan memberinya petunjuk  sesudah  Allah  (membiarkannya  sesat).  Maka mengapa kamu  tidak  mengambil  pelajaran?

Maksudnya, maka janganlah kalian meniru menjadi orang² yang telah sesat tersebut, dan jangan mengikuti apa maunya orang² yang sesat dan menyimpang.

Didalam Al Qur’an surat Ali Imran : 14-15, Allah Subhanahu Wa Ta’ala juga berfirman:

زُيِّنَ لِلنَّا سِ حُبُّ الشَّهَوٰتِ مِنَ النِّسَآءِ وَا لْبَـنِيْنَ وَا لْقَنَا طِيْرِ الْمُقَنْطَرَةِ مِنَ الذَّهَبِ وَا لْفِضَّةِ وَا لْخَـيْلِ الْمُسَوَّمَةِ وَا لْاَ نْعَا مِ وَا لْحَـرْثِ ۗ ذٰلِكَ مَتَا عُ الْحَيٰوةِ الدُّنْيَا ۚ وَا للّٰهُ عِنْدَهٗ حُسْنُ الْمَاٰ بِ
“Dijadikan terasa indah dalam pandangan manusia kecintaan terhadap apa yang diinginkan, berupa perempuan, anak-anak, harta benda yang bertumpuk dalam bentuk emas dan perak, kuda pilihan, hewan ternak, dan sawah ladang. Itulah kesenangan hidup di dunia, dan di sisi Allah-lah tempat kembali yang baik.” (QS. Ali ‘Imran 3: Ayat 14)

Mayoritas manusia memang cenderung kepada keinginan untuk menumpuk harta, memiliki banyak kekayaan tapi dalam rangka untuk kebanggaan diri dan kesombongan. Sehingga suka berlaku bakhil dan dzalim.

Karena itulah Allah memberikan bimbingan petunjuk kepada manusia yang beriman, agar tetap konsisten dalam beriman dan bertaqwa,

قُلْ اَؤُنَبِّئُكُمْ بِخَيْرٍ مِّنْ ذٰ لِكُمْ ۗ لِلَّذِيْنَ اتَّقَوْا عِنْدَ رَبِّهِمْ جَنّٰتٌ تَجْرِيْ مِنْ تَحْتِهَا الْاَ نْهٰرُ خٰلِدِيْنَ فِيْهَا وَاَ زْوَا جٌ مُّطَهَّرَةٌ وَّرِضْوَا نٌ مِّنَ اللّٰهِ ۗ وَا للّٰهُ بَصِيْرٌ بِۢا لْعِبَا دِ
“Katakanlah, “Maukah aku kabarkan kepadamu apa yang lebih baik dari yang demikian itu?” Maksudnya, Allah menawarkan pilihan perilaku hidup yang lebih baik dari pada kelakuan orang² yang suka menumpuk dan mengumpulkan harta kekayaan demi memperoleh kebanggaan dan kesombongan. Yakni,
“Bagi orang-orang yang bertakwa = yang selalu berusaha melaksanakan perintah² Allah dan meninggalkan apa saja yang dilarang Allah, (baginya tersedia) di sisi Tuhan mereka surga-surga yang mengalir di bawahnya sungai-sungai, mereka kekal di dalamnya, dan pasangan-pasangan yang suci, serta rida Allah. Dan Allah Maha Melihat hamba-hamba-Nya.” (QS. Ali ‘Imran 3: Ayat 15)

Bagaimana karakter orang² yang akan dimasukan ke dalam surga Allah tersebut, yakni

اَلَّذِيْنَ يَقُوْلُوْنَ رَبَّنَاۤ اِنَّنَاۤ اٰمَنَّا فَا غْفِرْ لَنَا ذُنُوْبَنَا وَقِنَا عَذَا بَ النَّا رِ
“(Yaitu) orang-orang yang berdoa, “Ya Tuhan kami, kami benar-benar beriman, maka ampunilah dosa-dosa kami dan lindungilah kami dari azab neraka.” (QS. Ali ‘Imran 3: Ayat 16)

Dalam beberapa hadits Rasulullah s a.w juga menyampaikan wasiat² panduan untuk dijadikan motivasi kehidupan agar segala yang dilakukan menjadi kebaikan yang mengantarkannya memperoleh Rahmat Allah dan keridhoan-Nya.

Hadits ke 1.
Rasulullah s.a.w pernah berwasiat dengan sabda²nya:

اِنَّ لِكُلِّ فِتْنَةٌ، وَفِتْنَةُ اَمَّتِى اَلْمَالُ. (الترمزى)
“Bagi tiap² sesuatu terdapat ujian dan cobaan, dan ujian serta cobaan (fitnah) yang akan menimpa umatku adalah harta benada”. (Attirmidzi)

Hadits ke 2.

اِذَاكَانَ فِى آَخِرِ الزَّمَانِ لَابُدَّ لِنَّاسِ فِيْهَا مِنَالدَّرَاهِمِ وَالدَّنَانِيْر يُقِيْمُ الرَّجُلُ بِهَا دِيْنَهَ وَدُنْيَاهُ. (الطبرانى)
Rasulullah s.a.w telah bersabda: “Pada akhir zaman kelak manusia harus menyediakan banyak harta untuk menegakkan urusan agamanya dan urusan dunianya”. (Hr. Attabrani).

Artinya, untuk menegakkan kebenaran, keadilan, kedamaian dan terciptanya kesejahteraan, tetap diperlukan adanya dana² untuk membiayainya. Sehingga umat Islam dan orang² mukmin juga harus semangat untuk menjadi orang kaya, pengusaha² yang dermawan dengan cara yang halal dan tetap menjaga diri dari hal² yg dilarang oleh Allah maupun RasulNya.

Hadits ke 3.
لَا يُعْجِبَنَّكَ رَحْبُ الذِّرَاعَيْنِ يَسْفِكُ الدِّمَآءَ. فَاِنَّلَهُ عِنْدِاللهِ قَاتِلًا لَايَمُوْتُ. وَلَا يُعْجِبَنَّكَ امْرُؤٌ كَسَبَ مَالًا مِنْ حَرَامٍ. فَاِنَّهُ اِنْ اَنْفَقَهُ وَتَصَدِّقَ بِهِ لَمْ يُقْبَلْ مِنْهُ. وَاِنْ تَرَكَهُ لَمْ يُبَارَكْ لَهُ فِيْهِ. وَاِنْ بَقِيَ مِنْهُ شَيْءٌ كَانَ زَادَهُ إِلَى النَّارِ. (ابوداود)
“Janganlah kalian mengagumi orang² yg terbentang kedua lengannya menumpahkan darah. Di sisi Allah mereka adalah pembunuh yg tidak mati. Jangan pula kalian mengagumi orang² yg memperoleh hartanya dari yg haram. Sesungguhnya bila ia menafkahkannya atau bersedekah dengannya, maka tidak akan diterima oleh Allah, dan bila hartanya itu disimpan tidak akan berkah. Bila tersisa pun hartanya itu akan menjadi bekalnya ke dalam neraka”. (Abu Daud)

Hadits ke 4.

اَشَدُّ النَّاسِ حَسْرَةً يَوْمَ الْقِيَامَةِ رَجُلٌ كَسَبَ مَالً مِنْ غَيْرِ حِلِّهِ فَدَخَلَ بِهَا النَّارَ. (البخارى)
“Orang yg paling dirundung penyesalan pada hari kiamat kelak adalah orang² yang memperoleh harta dari sumber yg tidak halal yang menyebabkannya masuk neraka”. (Al Bukhori).

Oleh karena itu Allah mengingatkan agar karakter orang² beriman harus berbeda dengan karakter orang² kafir dan orang² yang menyimpang (sesat) yang menjadikan hawa nafsu ketamakan, kesombongan dan keegoisannya sebagai Tuhannya, sebagai tujuan hidupnya.

Di dalam ayat 10-11 surat Ali Imran Allah Subhanahu Wa Ta’ala berfirman:

اِنَّ الَّذِيْنَ كَفَرُوْا لَنْ تُغْنِيَ عَنْهُمْ اَمْوَا لُهُمْ وَلَاۤ اَوْلَا دُهُمْ مِّنَ اللّٰهِ شَيْــئًا ۗ وَاُ ولٰٓئِكَ هُمْ وَقُوْدُ النَّا رِ
“Sesungguhnya orang-orang yang kafir, bagi mereka tidak akan berguna sedikit pun harta benda dan anak-anak mereka terhadap (azab) Allah. Dan mereka itu (menjadi) bahan bakar api neraka.”
(QS. Ali ‘Imran 3: Ayat 10)

كَدَأْبِ اٰلِ فِرْعَوْنَ ۙ وَا لَّذِيْنَ مِنْ قَبْلِهِمْ ۗ كَذَّبُوْا بِاٰ يٰتِنَا ۚ فَاَ خَذَهُمُ اللّٰهُ بِذُنُوْبِهِمْ ۗ وَا للّٰهُ شَدِيْدُ الْعِقَا بِ
“(Keadaan mereka itu) seperti keadaan pengikut Fir’aun dan orang-orang yang sebelum mereka. Mereka mendustakan ayat-ayat Kami, maka Allah menyiksa mereka disebabkan dosa-dosanya. Allah sangat berat hukuman-Nya.”
(QS. Ali ‘Imran 3: Ayat 11)

Semoga Allah menjadikan kita, sebagai hamba²Nya yang diberi keselamatan, perlindungan dan kebahagiaan di dalam kehidupan dunia maupun kelak di kehidupan akhirat, serta dimasukkan dalam surga yang telah dijanjikan. Aamiin.

Salam ukhuwah
KH. Willyuddin Abdul Rasyid Dhani.

Silakan Share...