Jangan Menunggu Penyesalan
Jangan menunggu penyesalan terjadi, sebab kita tidak pernah tahu kapan kita akan diwafatkan
اعوذبالله من الشيطان الرجيم
بِسْمِ اللّٰهِ الرَّحْمٰنِ الرَّحِيْمِ
Saudaraku, ingatlah bahwa segala sesuatu yang ada di dunia dan alam semesta ini bersifat fana (sementara). Semuanya akan mengalami kerusakan dan berakhir, semuanya akan binasa sesuai dengan batas waktunya.
Setiap makhluk yang hidup akan mengalami kematian sebagai tanda akhir batas masa hidup dan kehidupannya yang telah ditentukan oleh Sang Pencipta, Allah Yang Maha Esa.
Kita semua akan mengalami kematian sebagai tanda akhir dari kehidupan kita di dunia, dengan waktu dan kesempatan yang berbeda-beda, untuk selanjutnya harus mempertanggung jawabkan segala yang kita lakukan selama hidup di alam fana ini, entah keburukan ataupun kebaikan yang akan menyertai kita sebagai akibat amal perbuatan kita selama hidup di dunia yang hanya sementara.
Allah SWT berfirman:
كُلُّ نَفْسٍ ذَآئِقَةُ الْمَوْتِ ۗ وَنَبْلُوْكُمْ بِالشَّرِّ وَالْخَيْرِ فِتْنَةً ۗ وَاِلَيْنَا تُرْجَعُوْنَ
kullu nafsin zaaa`iqotul-mauut, wa nabluukum bisy-syarri wal-khoiri fitnah, wa ilainaa turja’uun
“Setiap yang bernyawa akan merasakan mati. Kami akan menguji kamu dengan keburukan dan kebaikan sebagai cobaan. Dan kamu akan dikembalikan hanya kepada Kami.”
وَاِذَا رَاٰكَ الَّذِيْنَ كَفَرُوْۤا اِنْ يَّتَّخِذُوْنَكَ اِلَّا هُزُوًا ۗ اَهٰذَا الَّذِيْ يَذْكُرُ اٰلِهَـتَكُمْ ۚ وَهُمْ بِذِكْرِ الرَّحْمٰنِ هُمْ كٰفِرُوْنَ
wa izaa ro`aakallaziina kafaruuu iy yattakhizuunaka illaa huzuwaa, a haazallazii yazkuru aalihatakum, wa hum bizikrir-rohmaani hum kaafiruun
“Dan apabila orang-orang kafir itu melihat engkau (Muhammad), mereka hanya memperlakukan engkau menjadi bahan ejekan. (Mereka mengatakan), Apakah ini orang yang mencela Tuhan-Tuhanmu? Padahal, mereka orang yang ingkar mengingat Allah Yang Maha Pengasih.”
(QS. Al-Anbiya 21:35-36)
Saudaraku, kita hidup di alam dunia ini, bagaikan seorang musafir yang harus melakukan perjalanan panjang menuju kepada Tuhan Yang Esa. Kita dilepas oleh Allah di alam dunia sebagai bayi manusia yang lemah tidak berdaya, tidak mengetahui sesuatu apapun dan tidak pula dibekali dengan apapun oleh-Nya, kecuali potensi-potensi yang telah ditentukan-Nya, di antaranya berupa telinga sebagai alat pendengar, mata sebagai alat untuk melihat dan hati sebagai alat sensor pengarah untuk memilih yang baik atau yang buruk.
Allah SWT berfirman:
اِنَّا خَلَقْنَا الْاِنْسَانَ مِنْ نُّطْفَةٍ اَمْشَاجٍ ۖ نَّبْتَلِيْهِ فَجَعَلْنٰهُ سَمِيْعًۢا بَصِيْرًا
innaa kholaqnal-insaana min nuthfatin amsyaajin nabtaliihi fa ja’alnaahu samii’an bashiiroo
“Sungguh, Kami telah menciptakan manusia dari setetes mani yang bercampur yang Kami hendak mengujinya (dengan perintah dan larangan), karena itu Kami jadikan dia mendengar dan melihat.”
اِنَّا هَدَيْنٰهُ السَّبِيْلَ اِمَّا شَاكِرًا وَّاِمَّا كَفُوْرًا
innaa hadainaahus-sabiila immaa syaakirow wa immaa kafuuroo
“Sungguh, Kami telah menunjukkan kepadanya jalan yang lurus; ada yang bersyukur dan ada pula yang kufur.”
اِنَّاۤ اَعْتَدْنَا لِلْكٰفِرِيْنَ سَلٰسِلَاۡ وَاَغْلٰلًا وَّسَعِيْرًا
innaaa a’tadnaa lil-kaafiriina salaasila wa aghlaalaw wa sa’iiroo
“Sungguh, Kami telah menyediakan bagi orang-orang kafir rantai, belenggu, dan neraka yang menyala-nyala.”
(QS. Al-Insan 76:2-4)
Allah juga telah berfirman:
وَاللّٰهُ اَخْرَجَكُمْ مِّنْۢ بُطُوْنِ اُمَّهٰتِكُمْ لَا تَعْلَمُوْنَ شَيْــئًا ۙ وَّ جَعَلَ لَـكُمُ السَّمْعَ وَالْاَبْصٰرَ وَالْاَفْئِدَةَ ۙ لَعَلَّكُمْ تَشْكُرُوْنَ
wallohu akhrojakum mim buthuuni ummahaatikum laa ta’lamuuna syai`aw wa ja’ala lakumus-sam’a wal-abshooro wal-af`idata la’allakum tasykuruun
“Dan Allah mengeluarkan kamu dari perut ibumu dalam keadaan tidak mengetahui sesuatu pun, dan Dia memberimu pendengaran, penglihatan, dan hati nurani, agar kamu bersyukur.”
(QS. An-Nahl 16:78)
Saudaraku. Kita dihadapkan dengan berbagai ujian, cobaan dan tantangan, berupa keburukan dan kebaikan, kesulitan dan kesenangan, perintah-perintah dan larangan-larangan, musibah-musibah dan kenikmatan-kenikmatan dunia sebagai perhiasannya. Ini semuanya ditetapkan Allah untuk mengetahui siapa yang paling baik pengumpulan bekalnya dan siapa yang paling baik amalnya selama di dunia, agar Allah memberikan balasan terbaik dan lebih baik dari segala apa yang telah dilakukan setiap manusia selama menjadi musafir di alam dunia.
Allah SWT berfirman:
اِنَّا جَعَلْنَا مَا عَلَى الْاَرْضِ زِيْنَةً لَّهَا لِنَبْلُوَهُمْ اَ يُّهُمْ اَحْسَنُ عَمَلًا
innaa ja’alnaa maa ‘alal-ardhi ziinatal lahaa linabluwahum ayyuhum ahsanu ‘amalaa
“Sesungguhnya Kami telah menjadikan apa yang ada di bumi sebagai perhiasan baginya, untuk Kami menguji mereka, siapakah di antaranya yang terbaik perbuatannya.”
(QS. Al-Kahf 18:7)
Dengan penjelasan dan pemberitahuan Allah melalui firman-firman-Nya yang terperinci tersebut, ibarat sebagai musafir itulah, maka tidak sepantasnya kita berbuat semena-mena dan melakukan perbuatan aniaya selama hidup di dunia ini. Ibarat sebagai musafir pula, akan tidak beradab dan tidak beretika jika dalam setiap perjalanannya selalu menebarkan permusuhan, perpecahan, kebencian, dendam dan membuat kerusakan, dan kedzaliman terhadap sesama manusia maupun terhadap lingkungan dan segala sesuatu yang dilewatinya.
Semua ciptaan Allah telah diatur dan di set up dengan seimbang. Oleh karena itu, jika ada penyimpangan akibat perbuatan tangan-tangan manusia, Allah akan selalu menegur dengan peringatan-peringatan-Nya agar manusia itu kembali kepada jalur yang harus ditempuhnya sesuai dengan yang dikehendaki-Nya.
Allah SWT berfirman:
ظَهَرَ الْفَسَادُ فِى الْبَرِّ وَالْبَحْرِ بِمَا كَسَبَتْ اَيْدِى النَّاسِ لِيُذِيْقَهُمْ بَعْضَ الَّذِيْ عَمِلُوْا لَعَلَّهُمْ يَرْجِعُوْنَ
zhoharol-fasaadu fil-barri wal-bahri bimaa kasabat aidin-naasi liyuziiqohum ba’dhollazii ‘amiluu la’allahum yarji’uun
“Telah tampak kerusakan di darat dan di laut disebabkan perbuatan tangan manusia; Allah menghendaki agar mereka merasakan sebagian dari (akibat) perbuatan mereka, agar mereka kembali (ke jalan yang benar).”
(QS. Ar-Rum 30:41)
Karenanya, kita hanya wajib menggunakan dan merawatnya untuk mempertahankan keseimbangan hidup dalam rangka melaksanakan perintah dan segala larangannya, sebagai wujud dari ketundukan, ketaatan dan pengabdian kepada Pencipta kita dan Yang menguasai kita, yang mengirim kita sebagai musafir di alam dunia, agar kita mampu menghasilkan tabungan amal yang bermanfaat bagi kita sendiri, sebagai investasi bekal amal-amal yang diridhoi-Nya, agar kita tidak menyesal diri, karena telah menyia-nyiakan segala fasilitas yang diberikan Allah kepada kita semua, yang menyebabkan kita dimurkai-Nya dan dilemparkan ke dalam api neraka.
Perumpamaan hidup kita di dunia ini, juga diibaratkan sebagai peserta lomba, dengan jenis-jenis perlombaan yang telah di atur dan ditetapkan pula oleh Tuhan kita, yaitu Allah Subhanahu wa T’ala, untuk mendapatkan tropi-tropi piala, siapa-siapa di antara kita yang mampu menyelesaikan perlombaan dengan hasil yang baik, maka akan diberikan hadiah-hadiah yang baik, berupa pahala dan hadiah yang dijanjikan Allah kepada kita, yang tiada bisa dibayangkan nilai dan kenikmatannya.
Semua jenis lomba yang diujikan dan ditugaskan Allah kepada kita, telah ditentukan dan ditetapkan segala aturan mainnya, ketentuan dan tata tertib perlomba-annya, hal-hal yang harus dilakukan dan yang dilarangnya, berupa syariat-syariat hukum yang jelas dan simple (sederhana) aplikasinya. Demikian juga fasilitas dan peralatannya yang ada di alam semesta ini, telah disediakan dengan lengkap oleh-Nya.
Kita bebas menggunakan fasilitas yang disediakan-Nya itu untuk memenangkan perlombaan yang kita ikuti, namun dilarang merusak dan membuat kerusakan terhadap fasilitas yang ada, dilarang berbuat dzalim, khianat, curang dan segala bentuk tindakan yang merugikan orang lain.
Segala aturan yang dapat menggagalkan kepesertaan kita (diskualifikasi) telah ditetapkan dengan jelas, bahkan ketentuan batas waktu perlombaannya pun telah ditentukan pula, yakni berupa rentang umur kita yang berbeda-beda. Tidakkah kita mau berfikir dan mengambil kesempatan ini sebaik-baiknya agar kita mampu mengambil hikmahnya?
Karena itu, wahai saudara-saudaraku, sebagai musafir dan peserta lomba kita tidak bisa menolak untuk jadi pesertanya, karena memang demikian yang dikehendaki oleh Allah kepada kita semua.
Mari kita terus berlomba dengan tetap mengikuti segala ketentuan dari Allah yang telah menetapkan jenis lomba dan aturan permainan serta hadiah-hadiah pahala yang disediakan-Nya, untuk berbekal dan mengumpulkan bekal sebanyak-banyaknya, agar di akhir lomba nanti kita termasuk orang-orang yang menang, dapat mengakhiri perlombaan dan perjalanan hidup ini dengan husnul khotimah (akhir hidup yg baik), dan mendapatkan piala berupa hadiah maupun pahala-pahala yang baik di sisi-Nya.
Sebagai peserta lomba, kita juga diberi petunjuk oleh Allah untuk tidak terjebak dan meniru perbutan peserta lomba dari golongan orang-orang terdahulu yang telah berbuat dzalim, curang, membuat kerusakan, berlaku sombong, dan melanggar ketentuan aturan main yang telah ditetapkan Allah.
Kita dilarang membuat kerusakan di muka bumi, karena segala yang ada di muka bumi ini pada dasarnya hanya sebagai alat dan fasilitas bagi kita, untuk kita gunakan dengan sebaik-baiknya dalam rangka memenangkan setiap perlombaan yang kita ikuti itu. Sebab jika kita membuat kerusakan, dan membuat pelanggaran, maka akibatnya akan kembali kepada kita sendiri dan menyebabkan kita terdiskualifikasi sebagai peserta lomba, dengan hukuman berat dan akan dilempar dan dibinasakan oleh-Nya dalam keadaan terhina, mendapatkan kemurkaan-Nya.
Hal ini telah dijelaskan dan telah dilakukan oleh Allah kepada peserta-peserta lomba dari golongan manusia-manusia yang terdahulu sebelum kita semua ini ada.
Allah SWT berfirman:
قُلْ سِيْرُوْا فِى الْاَرْضِ فَانْظُرُوْا كَيْفَ كَانَ عَاقِبَةُ الَّذِيْنَ مِنْ قَبْلُ ۗ كَانَ اَكْثَرُهُمْ مُّشْرِكِيْنَ
qul siiruu fil-ardhi fanzhuruu kaifa kaana ‘aaqibatullaziina ming qobl, kaana aksaruhum musyrikiin
“Katakanlah (Muhammad), Bepergianlah di bumi lalu lihatlah bagaimana kesudahan orang-orang dahulu. Kebanyakan dari mereka adalah orang-orang yang menyekutukan (Allah).”
فَاَقِمْ وَجْهَكَ لِلدِّيْنِ الْقَيِّمِ مِنْ قَبْلِ اَنْ يَّأْتِيَ يَوْمٌ لَّا مَرَدَّ لَهٗ مِنَ اللّٰهِ يَوْمَئِذٍ يَّصَّدَّعُوْنَ
fa aqim waj-haka liddiinil-qoyyimi ming qobli ay ya`tiya yaumul laa marodda lahuu minallohi yauma`iziy yashshodda’uun
“Oleh karena itu, hadapkanlah wajahmu kepada agama yang lurus (Islam) sebelum datang dari Allah suatu hari (Kiamat) yang tidak dapat ditolak, pada hari itu mereka terpisah-pisah.”
(QS. Ar-Rum 30:42-43)
Dalam melakukan perlombaan itu, kita juga diperintah untuk tidak kikir terhadap sesama dan terhadap lingkungan sekitar yang kita lalui, jika ada kerusakan fasilitas umum, kita dianjurkan untuk ikut membangun dan memperbaikinya.
Jika ada yang membutuhkan bantuan, kita dianjurkan untuk membantu dan meringankan penderitaannya.
Bahkan kepada kita dianjurkan untuk berbagi dengan membelanjakan setiap fasilitas yang kita peroleh dalam perjalanan baik yang berupa harta maupun yang berupa ilmu, dengan catatan dan keyakinan bahwa pembelanjaan itu tetap dalam rangka memenuhi ketentuan yang ditetapkan Allah dalam rangka untuk memenangkan setiap perlombaan yang kita ikuti, agar kelak Allah memberikan balasan berupa hadiah pahala yang dijanjikan-Nya, setelah perlombaan itu berakhir waktunya yang ditandai dengan terjadinya kematian pada kita masing-masing.
Allah SWT berfirman:
وَاَنْفِقُوْا مِنْ مَّا رَزَقْنٰكُمْ مِّنْ قَبْلِ اَنْ يَّأْتِيَ اَحَدَكُمُ الْمَوْتُ فَيَقُوْلَ رَبِّ لَوْلَاۤ اَخَّرْتَنِيْۤ اِلٰٓى اَجَلٍ قَرِيْبٍ ۙ فَاَصَّدَّقَ وَاَكُنْ مِّنَ الصّٰلِحِيْنَ
wa anfiquu mimmaa rozaqnaakum ming qobli ay ya`tiya ahadakumul-mautu fa yaquula robbi lau laaa akhkhortaniii ilaaa ajaling qoriibin fa ashshoddaqo wa akum minash-shoolihiin
“Dan infakkanlah sebagian dari apa yang telah Kami berikan kepadamu sebelum kematian datang kepada salah seorang di antara kamu; lalu dia berkata (menyesali), Ya Tuhanku, sekiranya Engkau berkenan menunda (kematian)ku sedikit waktu lagi, maka aku dapat bersedekah dan aku akan termasuk orang-orang yang saleh.”
وَلَنْ يُّؤَخِّرَ اللّٰهُ نَفْسًا اِذَا جَآءَ اَجَلُهَا ۗ وَاللّٰهُ خَبِيْرٌۢ بِمَا تَعْمَلُوْنَ
wa lay yu`akhkhirollaahu nafsan izaa jaaa`a ajaluhaa, wallohu khobiirum bimaa ta’maluun
“Dan Allah tidak akan menunda (kematian) seseorang apabila waktu kematiannya telah datang. Dan Allah Maha Mengetahui terhadap apa yang kamu kerjakan.”
(QS. Al-Munafiqun 63:19-11)
Oleh karena itu wahai saudaraku, mari kita berusaha dengan sekuat tenaga, menggunakan segala potensi yang ada pada diri kita masing-masing. Mari kita manfaatkan segala fasilitas yang telah diberikan Allah kepada kita untuk memenangkan perlombaan dalam kehidupan di dunia ini, dengan berbekal sebanyak-banyaknya.
Jangan Menunggu datangnya penyesalan. Sebab Kita Tidak Pernah Tahu Sampai Kapan Stop Watch Untuk Kita Akan Dimatikan, sebagai tanda bahwa waktu yang disediakan untuk kita di alam dunia ini telah di akhiri oleh Sang Penciptanya sendiri.
Allah SWT berfirman:
وَاَنْذِرِ النَّاسَ يَوْمَ يَأْتِيْهِمُ الْعَذَابُ فَيَـقُوْلُ الَّذِيْنَ ظَلَمُوْا رَبَّنَاۤ اَخِّرْنَاۤ اِلٰٓى اَجَلٍ قَرِيْبٍ ۙ نُّجِبْ دَعْوَتَكَ وَنَـتَّبِعِ الرُّسُلَ ۗ اَوَلَمْ تَكُوْنُوْۤااَقْسَمْتُمْ مِّنْ قَبْلُ مَالَـكُمْ مِّنْ زَوَالٍ
wa anzirin-naasa yauma ya`tiihimul-‘azaabu fa yaquulullaziina zholamuu robbanaaa akhkhirnaaa ilaaa ajaling qoriibin nujib da’wataka wa nattabi’ir-rusul, a wa lam takuunuuu aqsamtum ming qoblu maa lakum min zawaal
“Dan berikanlah peringatan (Muhammad) kepada manusia pada hari (ketika) azab datang kepada mereka, maka orang yang zalim berkata, Ya Tuhan kami, berilah kami kesempatan (kembali ke dunia) walaupun sebentar, niscaya kami akan mematuhi seruan Engkau dan akan mengikuti rasul-rasul. (Kepada mereka dikatakan), Bukankah dahulu (di dunia) kamu telah bersumpah bahwa sekali-kali kamu tidak akan binasa?”
وَّسَكَنْتُمْ فِيْ مَسٰكِنِ الَّذِيْنَ ظَلَمُوْۤا اَنْفُسَهُمْ وَتَبَيَّنَ لَـكُمْ كَيْفَ فَعَلْنَا بِهِمْ وَضَرَبْنَا لَـكُمُ الْاَمْثَالَ
wa sakantum fii masaakinillaziina zholamuuu anfusahum wa tabayyana lakum kaifa fa’alnaa bihim wa dhorobnaa lakumul-amsaal
“Dan kamu telah tinggal di tempat orang yang menzalimi diri sendiri, dan telah nyata bagimu bagaimana Kami telah berbuat terhadap mereka dan telah Kami berikan kepadamu beberapa perumpamaan.”
(QS. Ibrahim 14:44-45)
Jadi… ”Jangan menunggu, Sebab KITA tidak pernah tahu seberapa lama jatah umur kita, seberapa banyak kesempatan yang tersisa untuk kita, dan sampai kapan segala sesuatu berupa kesempatan dan kesehatan untuk kita akan diberikan oleh Allah Ta’ala.” Rasulullah telah berwasiat dalam Sabdanya :
إِغْتَنِمْ خَمْسًا قَبْلَ خَمْسٍ: سَبَابَكَ قَبْلَ هَرَمِكَ* وَصِحَّتَكَ قَبْلَ سَقَمِكَ* وَغِنَاكَ قَبْلَ فَقْرِكَ* وَحَيَاتَكَ قَبْلَ مَوْتِكَ* وَفَرَاغَكَ قَبْلَ شُغْلِكَ* (الحكم والبيهق)
“Gunakanlah lima kesempatan sebelum datangnya lima keadaan : yakni mudamu sebelum tuamu, sehatmu sebelum sakitmu, kayamu sebelum miskinmu, hidupmu sebelum matimu, dan senggangmu sebelum sibukmu.” (HR. Al-Hakim dan Al-Baihaqi)
سُبْحٰنَكَ لَا عِلْمَ لَنَآ اِلَّا مَا عَلَّمْتَنَا ۗ اِنَّكَ اَنْتَ الْعَلِيْمُ الْحَكِيْمُ
qooluu sub-haanaka laa ‘ilma lanaaa illaa maa ‘allamtanaa, innaka antal-‘aliimul-hakiim
“Maha Suci Engkau, tidak ada yang kami ketahui selain apa yang telah Engkau ajarkan kepada kami. Sesungguhnya, Engkaulah Yang Maha Mengetahui, lagi Maha Bijaksana.”
(QS. Al-Baqarah (2):32)
Saudara-saudaraku yang semoga selalu disayangi Allah.
Demikianlah uraian kajian tematik ini kami sampaikan. Semoga menjadi ilmu yang bermanfaat, dapat meningkatkan dan memperkokoh kekuatan iman dan taqwa kita bersama, serta menjadi spirit motivasi kita untuk semakin meningkatkan kualitas amal ibadah kita kepada Allah SWT semata. Semoga Allah selalu membimbing kita ke jalan yang benar dan diridhoi-Nya, serta melindungi kita dari segala tipu daya syetan dan bala tentaranya. Aamiin.
سُبْحَانَكَ الَّلهُمَّ وَبِحَمْدِكَ أَشْهَدُ اَنْ لَا اِلَهَ اِلاَّ أَنْتَ اَسْتَغْفِرُكَ وَاَتُوبُ اِلَيْكَ
Maha Suci Engkau Ya Tuhan kami, dan segala puji hanya milikMu, aku bersaksi bahwa tidak ada Tuhan selain Engkau, aku memohon ampun kepadaMu dan aku bertaubat kepada-Mu.
Salam ukhuwah.
Willyuddin A.R. Dhani
Profil penulis teks ceramah
Wakil Ketua Dewan Da’wah Islamiyah Indonesia Kota Bogor.
Trainer & Praktisi Ruqyah Syar’iyyah – Komunitas Cinta Tauhid & Cinta Al Qur’an.
Koordinator Laskar GEMMA An Nahl.
Ketua Komisi “Penelitian, Pengkajian & Pengawasan Aliran Sesat dan Aliran Sempalan” MUI – Kota Bogor (periode 2011-2017)
Telp., 0818.0802.0675, Email: abuhanifah_07(a)yahoo.com.