Loading Now

Kewajiban Mengikuti Sunnah Nabi

Oleh: H. W.A.R. DHANI

أَعُوْ ذُبِا للهِ مِنَ الشَّيْطَآنِ الرَّجِيْمِ
بِسْمِ اللّٰهِ الرَّحْمٰنِ الرَّحِيْمِ

وَاَطِيْعُوا اللّٰهَ وَالرَّسُوْلَ لَعَلَّكُمْ تُرْحَمُوْنَ
wa athii’ulloha war-rosuula la’allakum tur-hamuun

“Dan taatlah kepada Allah dan Rasul (Muhammad), agar kamu diberi rahmat.” [Ali Imran (3):132]

يٰۤاَيُّهَا الَّذِيْنَ اٰمَنُوْۤا اَطِيْعُوا اللّٰهَ وَاَطِيْعُوا الرَّسُوْلَ وَلَا تُبْطِلُوْۤا اَعْمَالَـكُمْ
yaaa ayyuhallaziina aamanuuu athii’ulloha wa athii’ur-rosuula wa laa tubthiluuu a’maalakum

“Wahai orang-orang yang beriman! Taatlah kepada Allah dan taatlah kepada Rasul, dan janganlah kamu merusakkan segala amalmu.” [Muhammad (47):33]

Saudara-saudaraku yg semoga selalu dirahmati Allah.
Sunnah artinya adalah suatu ketetapan hukum atau ketentuan syariat atau ketentuan hukum yg telah ditetapkan secara jelas dan pasti oleh Allah dan RasulNya. Tidak berubah-ubah krn mengikuti kondisi, tradisi atau interfensi keinginan hawa nafsu manusia yg dapat menimbulkan distorsi kebenaran dan kemurnian syariat dlm masalah aqidah dan tata cara ibadah dalam agama Islam, yakni agama yg sempurna, agama yg diridhoi oleh Allah S.W.T

Makna sunnah menurut petunjuk Allah dalam Al Quran bisa dirujuk dlm bbrp firman Allah berikut ini.

وَاذْكُرْنَ مَا يُتْلٰى فِيْ بُيُوْتِكُنَّ مِنْ اٰيٰتِ اللّٰهِ وَالْحِكْمَةِ ۗ اِنَّ اللّٰهَ كَانَ لَطِيْفًا خَبِيْرًا
wazkurna maa yutlaa fii buyuutikunna min aayaatillaahi wal-hikmah, innalloha kaana lathiifan khobiiroo

“Dan ingatlah apa yang dibacakan di rumahmu dari ayat-ayat Allah dan hikmah (sunah Nabimu). Sungguh, Allah Maha Lembut, Maha Mengetahui.”
(QS. Al-Ahzab 33: Ayat 34)

فَلَمْ يَكُ يَنْفَعُهُمْ اِيْمَانُهُمْ لَمَّا رَاَوْا بَأْسَنَا ۗ سُنَّتَ اللّٰهِ الَّتِيْ قَدْ خَلَتْ فِيْ عِبَادِهٖ ۚ وَخَسِرَ هُنَالِكَ الْكٰفِرُوْنَ
fa lam yaku yanfa’uhum iimaanuhum lammaa ro`au ba`sanaa, sunnatallohillatii qod kholat fii ‘ibaadih, wa khosiro hunaalikal-kaafiruun

“Maka iman mereka ketika mereka telah melihat azab Kami tidak berguna lagi bagi mereka. Itulah sunnah (ketentuan) Allah yang telah berlaku terhadap hamba-hamba-Nya. Dan ketika itu rugilah orang-orang kafir.”
(QS. Ghafir 40: Ayat 85)

سُنَّةَ مَنْ قَدْ اَرْسَلْنَا قَبْلَكَ مِنْ رُّسُلِنَا وَلَا تَجِدُ لِسُنَّتِنَا تَحْوِيْلًا
sunnata mang qod arsalnaa qoblaka mir rusulinaa wa laa tajidu lisunnatinaa tahwiilaa

“(Yang demikian itu) merupakan sunnah (ketetapan) bagi para rasul Kami yang Kami utus sebelum engkau, dan tidak akan engkau dapati perubahan atas sunnah ( ketetapan) Kami.”
(QS. Al-Isra’ 17: Ayat 77)
Lihat makna sunnah dlm ayat-ayat yg lain yakni di QS.3:137, QS.8:38, QS.33:38 & 62.

Banyak sekali peringatan dan pesan-pesan yang berkaitan dengan perintah dan anjuran untuk selalu mengikuti sunnah (ketetapan) Rasulullah shallallahu’alaihiwasallam dan menghindari ajaran-ajaran yang tidak bersumber dari perintah Rasulullah shallallahu’alaihiwasallam. Juga peringatan agar meninggalkan amal yang dianggap ibadah tetapi tidak dicontohkan oleh beliau atau yang dilarang oleh beliau, karena amal ibadah seperti itu disebut bid’ah atau zukhrufal qaul ghuruuran [65]

Allah SWT berfirman:

وَكَذٰلِكَ جَعَلْنَا لِكُلِّ نَبِيٍّ عَدُوًّا شَيٰطِيْنَ الْاِنْسِ وَالْجِنِّ يُوْحِيْ بَعْضُهُمْ اِلٰى بَعْضٍ زُخْرُفَ الْقَوْلِ غُرُوْرًا ۗ وَلَوْ شَآءَ رَبُّكَ مَا فَعَلُوْهُ فَذَرْهُمْ وَمَا يَفْتَرُوْنَ
wa kazaalika ja’alnaa likulli nabiyyin ‘aduwwan syayaathiinal-insi wal-jinni yuuhii ba’dhuhum ilaa ba’dhin zukhrufal-qouli ghuruuroo, walau syaaa`a robbuka maa fa’aluuhu fa zar-hum wa maa yaftaruun

“Dan demikianlah untuk setiap Nabi Kami menjadikan musuh yang terdiri dari setan-setan manusia dan jin, sebagian mereka membisikkan kepada sebagian yang lain perkataan yang indah sebagai tipuan. Dan kalau Tuhanmu menghendaki, niscaya mereka tidak akan melakukannya, maka biarkanlah mereka bersama apa (kebohongan) yang mereka ada-adakan.”
(QS. Al-An’am 6: Ayat 112)

[65]. Pembaca bisa mengkaji secara lengkap tentang bid’ah ini dalam buku saya “KIAT MENGHINDARI IBADAH YANG TERTOLAK”, Abu Hanifah Publishing, Pebruari 2008.

Peringatan dan anjuran itu tercantum di dalam Al Qur’an maupun di dalam hadits-hadits Rasululullah shallallahu’alaihiwasallam. Mari kita kaji hadits-hadits tersebut dan beberapa firman Allah berikut ini:

Allah SWT berfirman:

وَمَنْ يُّطِعِ اللّٰهَ وَالرَّسُوْلَ فَاُولٰٓئِكَ مَعَ الَّذِيْنَ اَنْعَمَ اللّٰهُ عَلَيْهِمْ مِّنَ النَّبِيّٖنَ وَالصِّدِّيْقِيْنَ وَالشُّهَدَآءِ وَالصّٰلِحِيْنَ ۚ وَحَسُنَ اُولٰٓئِكَ رَفِيْقًا
wa may yuthi’illaaha war-rosuula fa ulaaa`ika ma’allaziina an’amallohu ‘alaihim minan-nabiyyiina wash-shiddiiqiina wasy-syuhadaaa`i wash-shoolihiin, wa hasuna ulaaa`ika rofiiqoo

“Dan barang siapa menaati Allah dan Rasul (Muhammad) maka mereka itu akan bersama-sama dengan orang yang diberikan nikmat oleh Allah, (yaitu) para nabi, para pencinta kebenaran, orang-orang yang mati syahid, dan orang-orang saleh. Mereka itulah teman yang sebaik-baiknya.”

ذٰ لِكَ الْـفَضْلُ مِنَ اللّٰهِ ۗ وَكَفٰى بِاللّٰهِ عَلِيْمًا
zaalikal-fadhlu minalloh, wa kafaa billaahi ‘aliimaa

“Yang demikian itu adalah karunia dari Allah dan cukuplah Allah Yang Maha Mengetahui.” (QS. An Nisa’ (4):69-70)

Allah SWT telah berfirman:

وَمَنْ يُّشَاقِقِ الرَّسُوْلَ مِنْۢ بَعْدِ مَا تَبَيَّنَ لَـهُ الْهُدٰى وَ يَـتَّبِعْ غَيْرَ سَبِيْلِ الْمُؤْمِنِيْنَ نُوَلِّهٖ مَا تَوَلّٰى وَنُصْلِهٖ جَهَـنَّمَ ۗ وَسَآءَتْ مَصِيْرًا
wa may yusyaaqiqir-rosuula mim ba’di maa tabayyana lahul-hudaa wa yattabi’ ghoiro sabiilil-mu`miniina nuwallihii maa tawallaa wa nushlihii jahannam, wa saaa`at mashiiroo

“Dan barang siapa menentang Rasul (Muhammad) setelah jelas kebenaran baginya, dan mengikuti jalan yang bukan jalan orang-orang mukmin[66], Kami biarkan dia dalam kesesatan yang telah dilakukannya itu[67] dan akan Kami masukkan dia ke dalam Neraka Jahanam, dan itu seburuk-buruk tempat kembali.” (QS. An Nisa’ (4): 115)

[66]. Ialah: orang-orang yang amat teguh kepercayaannya kepada kebenaran Rasul, dan inilah orang-orang yang dianugerahi nikmat sebagaimana yang tersebut dalam surat Al Faatihah ayat 7.

[67]. Allah biarkan mereka bergelimang dalam kesesatan.

Rasulullah shallallahu’alaihi wasallam pernah bersabda:
اَلْمُتَمَسِّكُ بِسُنَّتِي عِنْدَ فَسَادِ اُمَّتِي لَهَ اَجْرُ شَهِيْدٍ.(الطبراتى)
“Orang yang selalu berpegang teguh kepada sunnahku pada saat umatku dilanda kerusakan, maka pahalanya seperti seorang syahid.” (Hadits shahih riwayat At Thabrani)

Allah SWT berfirman:

قُلْ اِنْ كُنْتُمْ تُحِبُّوْنَ اللّٰهَ فَاتَّبِعُوْنِيْ يُحْبِبْكُمُ اللّٰهُ وَيَغْفِرْ لَـكُمْ ذُنُوْبَكُمْ ۗ وَاللّٰهُ غَفُوْرٌ رَّحِيْمٌ
qul ing kuntum tuhibbuunalloha fattabi’uunii yuhbibkumullohu wa yaghfir lakum zunuubakum, wallohu ghofuurur rohiim

“Katakanlah (Muhammad), Jika kamu mencintai Allah, ikutilah aku, niscaya Allah mencintaimu dan mengampuni dosa-dosamu. Allah Maha Pengampun, lagi Maha Penyayang.”

قُلْ اَطِيْعُوا اللّٰهَ وَالرَّسُوْلَ ۚ فَاِنْ تَوَلَّوْا فَاِنَّ اللّٰهَ لَا يُحِبُّ الْكٰفِرِيْنَ
qul athii’ulloha war-rosuul, fa in tawallau fa innalloha laa yuhibbul-kaafiriin

“Katakanlah (Muhammad), Taatilah Allah dan Rasul. Jika kamu berpaling, ketahuilah bahwa Allah tidak menyukai orang-orang kafir.” (QS. Ali imran (3):31-32)

وَمَآ ءَاتَاكُمُ الرَّسُوْلُ فَخُذُوْهُ وَمَآ نَهَاكُمْ عَنْهُ فَانْتَهُوْا وَاتَّقُوااللهَ اِنَّ اللهَ شَدِيْدُ الْعِقَابِ.
…Apa yang diberikan Rasul kepadamu, maka terimalah. Dan apa yang dilarangnya bagimu, maka tinggalkanlah. Dan bertakwalah kepada Allah. Sesungguhnya Allah amat keras hukumannya. (Qs. Al Hasyr (59):7)

Rasulullah shallallahu’alaihi wasallam juga telah bersabda,
مَآ نَهَيْتٌكُمْ عَنْهُ فَاجْتَنِبٌوهٌ وَمَااَمَرْتُكُمْ بِهِ فَأْتُوْامِنْهُ مَااسْتَطَعْتُمْ. فَاِ نَّمَااَهْلَكَ الَّذِيْنَ مِنْ قَبْلِكُمْ كَثْرَةُ مَسَائِلِهِمْ وَاخْتِلاَفِهِمْ عَلَى اَنْبِيَائِهِمْ. (البخارى)
“Apa yang aku larang kepada kalian jauhilah dan apa yang aku perintahkan kepadamu kerjakanlah sampai batas kemampuanmu. Sesungguhnya Allah telah membinasakan orang-orang sebelum kalian karena mereka terlalu benyak menuntut dan menentang ajaran nabinya.” (HR. Al Bukhary)

Allah SWT telah berfirman:

مَنْ يُّطِعِ الرَّسُوْلَ فَقَدْ اَطَاعَ اللّٰهَ ۚ وَمَنْ تَوَلّٰى فَمَاۤ اَرْسَلْنٰكَ عَلَيْهِمْ حَفِيْظًا
may yuthi’ir-rosuula fa qod athoo’alloh, wa man tawallaa fa maaa arsalnaaka ‘alaihim hafiizhoo

“Barang siapa menaati Rasul (Muhammad) maka sesungguhnya dia telah menaati Allah. Dan barang siapa berpaling (dari ketaatan itu) maka (ketahuilah) Kami tidak mengutusmu (Muhammad) untuk menjadi pemelihara mereka.”
[An Nisa’ (4):80]

Dari Jabir bin Abdullah radhiallahu’anhu, ia bercerita,[68]
جَائَتْ مَلاَئِكَةٌ إِلَى النَّبِيِّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَهُوَ نَائِمٌ فَقَالَ بَعْضُهُمْ إِنَّهُ نَائِمٌ وَقَالَ بَعْضُهُمْ إِنَّ الْعَيْنَ نَائِمَةٌ وَالْقَلْبَ يَقْظَانُ فَقَالُوْا إِنَّ لِصَاحِبِكُمْ هَذَا مَثَلاً فَاضْرِبُوْا لَهُ مَثَلاً فَقَالَ بَعْضُهُمْ إِتَّهُ نَائِمٌ وَقَالَ بَعْضُهُمْ إِنَّ الْعَيْنَ نَائِمَةٌ وَالْقَلْبَ يَقْظَانُ فَقَالُوْا مَثَلُهُ كَمَثَلِ رَجُلٍ بَنَى دَارًا وَجَعَلَ فِيْهَا مَأْدُبَةً وَبَعَثَ دَاعِيًا فَمَنْ أَجَبَ الدَّارَ وَلَمْ يَأْكُلْ مِنَ الْمَأْدُبَةِ فَقَالُوْا أَوِّلُوْهَا لَهُ يَفْقَهْهَا فَقَالَ بَعْضُهُمْ إِنَّهُ نَائِمٌ وَقَالَ بَعْضُهُمْ إِنَّ الْعَيْنَ نَائِمَةٌ وَالْقَلْبَ يَقْظَانُ فَقَالُوْا فَالدَّارُ الْجَنَّةُ وَالدَّاعِيْ مُحَمَّدٌ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَمَنْ أَطَاعَ مُحَمَّد ٍ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَقَدْ أَطَاعَ اللهَ وَمَنْ عَصَى مُحَمَّدٍ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَقَدْ عَصَى اللهَ وَمُحَمَّدٌ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَرْقٌ بَيْنَ النَّاسِ.(رواه البخارى)
“Ada malaikat yang datang kepada Nabi shallallahu’alaihiwasallam yang ketika itu beliau sedang tidur. Sebagian mereka (sahabat) mengatakan bahwa beliau sedang tidur sedangkan sebagian yang lain (malaikat) mengatakan, “Sesungguhnya mata tidur tetapi hatinya tetap terjaga. Kemudian para malaikat berkata, “Sesungguhnya sahabat kalian ini merupakan teladan, maka jadikanlah ia sebagai teladan.” Lalu sebagian lagi (sahabat) berkata, “Sesungguhnya ia dalam keadaan tidur.” Lalu sebagian lainnya (malaikat), “Mata itu boleh tidur sedang hati tetap terjaga.
Kemudian malaikat itu berkata, “Perumpamaannya seperti orang yang membangun rumah dan di dalam rumah itu diadakan pesta, kemudian ia mengutus orang untuk menyebar undangan. Barangsiapa yang memenuhi undangan itu, maka ia akan masuk ke dalam rumah tersebut dan menikmati berbagai hidangan makanan yang disediakan. Sedangkan orang yang tidak mau memenuhi undangan itu, maka ia tidak akan masuk ke dalam rumah itu dan tidak mungkin ikut menikmati lezatnya berbagai hidangan yang disediakan.”
Lebih lanjut malaikat berkata, “Takwilkan ia untuknya (Rasulullah), niscaya ia akan memahaminya. Kemudian sebagian (sahabat) berkata, “Sesungguhnya ia tidur.” Dan yang lainnya (malaikat) berkata, “Sesungguhnya mata itu tidur tetapi hati tetap terjaga.” Lalu malaikat itu berkata, “Rumah itu adalah surga, sedangkan orang yang mengundang itu adalah Muhammad shallallahu’alaihiwasallam.
Barangsiapa menaati Muhammad shallallahu’alaihiwasallam berarti ia telah menaati Allah. Dan barangsiapa mendurhakai (menyelisihi) Muhammad shallallahu’alaihiwasallam berarti ia telah mendurhakai Allah. Dan Muhammad shallallahu’alaihiwasallam akan (menjadi saksi) membedakan antara umat manusia (yang mukmin dan yang kafir).” (Hadits shahih riwayat Al Bukhary)

[68]. Saripati Hadits Al-Bukhary, Musthafa Muhammad Imarah, Pustaka Al Kautsar, hal 668-669.

Kemudian diceritakan pula oleh Salamah bin Al Akwa radhiallahu’anhu ia bercerita, aku pernah mendengar Nabi shallallahu’alaihiwasallam bersabda[69],
مَنْ يَقُلْ عَلَيَّ مَالَمْ أَقُلْ فَلْيَتَبَوَّأْ مَقْعَدَهُ مِنَ النَّارِ. (رواه البخارى)
“Barangsiapa yang berkata atas nama diriku tentang suatu hal yang tidak pernah aku katakan, maka hendaklah ia menyiapkan tempat duduknya di neraka.” (Hadit shahih riwayat Al Bukhari)
Dari Ali bin Abi Thalib radhiallahu’anhu, ia bercerita, Rasulullah shallallahu ’alaihi wasallam bersabda,
لاَ تَكْذِبُوا عَلَيَّ فَإِنَّهُ مَنْ كَذَبَ عَلَيَّ فَلْيَلِجِ النَّارِ.
“Janganlah kalian berdusta atas nama diriku, karena sesungguhnya orang yang berdusta atas namaku, maka hendaklah ia memasuki neraka.” (Hadits shahih Al Bukhari)

[69]. Lihat Saripati Hadits Al-Bukhary, Musthafa Muhammad Imarah, Pustaka Al Kautsar, hal 102-104.

Rasulullah shallallahu’alaihiwasallam juga telah bersabda dalam beberapa[70] hadits berikut,
مَنْ كَذَّبَ عَلَيَّ مُتَعَمِّدًا فَلْيَتَبَوَّأْ مَقْعَدَهُ مِنَ النَّارِ.(اسحاب السنان و اسحاب الصحاح)
“Barangsiapa berdusta dalam hadits-haditsku dengan sengaja, hendaklah ia menempatkan dirinya dalam api neraka.” (HR.Ashabus Sunan & Ashabus Shahah)

مَنْ حَدَّثَ عَنِّيْ بِحَدِيْثٍ يُرَى اَنَّهُ كَذِبٌ فَهُوَ اَحَدُ الْكَاذِبِيْنَ.
“Barangsiapa mengutarakan hadits dariku dan diketahui bahwa ia dusta, maka ia termasuk pendusta.” (Hadits shahih riwayat Ibnu Hibban, Imam Muslim dari Samurah bin Jundub dan dari Mughirah bin Syu’bah)

[70]. Silsilah Hadits Dha’if dan Maudhu’ jilid I, (Bab: Pendahuluan mengenai para pemalsu hadits), Muhammad Nashiruddin Al-Albani, Gema Insani Press, hal 31-32.

Allah SWT berfirman:
يٰٓاَيُّهَا الَّذِيْنَ اٰمَنُوا ادْخُلُوْا فِى السِّلْمِ کَآ فَّةً ۖ وَّلَا تَتَّبِعُوْا خُطُوٰتِ الشَّيْطٰنِ ۗ اِنَّهٗ لَـکُمْ عَدُوٌّ مُّبِيْنٌ
yaaa ayyuhallaziina aamanudkhuluu fis-silmi kaaaffataw wa laa tattabi’uu khuthuwaatisy-syaithoon, innahuu lakum ‘aduwwum mubiin

“Wahai orang-orang yang beriman! Masuklah ke dalam Islam secara keseluruhan, dan janganlah kamu ikuti langkah-langkah setan. Sungguh, ia musuh yang nyata bagimu.”
(QS. Al Baqarah (2):208)

Allah SWT juga telah berfirman:

يٰۤـاَيُّهَا الَّذِيْنَ اٰمَنُوا اتَّقُوا اللّٰهَ وَقُوْلُوْا قَوْلًا سَدِيْدًا
yaaa ayyuhallaziina aamanuttaqulloha wa quuluu qoulan sadiidaa

“Wahai orang-orang yang beriman! Bertakwalah kamu kepada Allah dan ucapkanlah perkataan yang benar,”
يُّصْلِحْ لَـكُمْ اَعْمَالَـكُمْ وَيَغْفِرْ لَـكُمْ ذُنُوْبَكُمْ ۗ وَمَنْ يُّطِعِ اللّٰهَ وَرَسُوْلَهٗ فَقَدْ فَازَ فَوْزًا عَظِيْمًا
yushlih lakum a’maalakum wa yaghfir lakum zunuubakum, wa may yuthi’illaaha wa rosuulahuu fa qod faaza fauzan ‘azhiimaa

“niscaya Allah akan memperbaiki amal-amalmu dan mengampuni dosa-dosamu. Dan barang siapa menaati Allah dan Rasul-Nya, maka sungguh, dia menang dengan kemenangan yang agung.”(QS. Al Ahzaab (33):70-71)

Saudaraku…, dalam setiap khutbahnya Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam selain berwasiat untuk selalu beriman dan bertakwa, juga selalu berwasiat kepada umatnya untuk senantiasa menghindari segala perkara ibadah yang diada-adakan, sebagaimana ucapan beliau berikut ini,
فَإِنَّ اَصْدَقَ الْحَدِيْثِ كِتَابُ اللهِ وَخَيْرَ الْهَدْيِ هَدْيُ مُحَمَّدٍ وَشَرَّ اْلأُمُوْرِ مُحْدَثَاتُهَا وَكُلَّ مُحْدَثَةٍ بِدْعَةٌ وَكُلَّ بِدْعَةٍ ضَلاَلَةٌ وَكُلَّ ضَلاَلَةٍ فِي النَّارِ.(رواه اب داود والنساء والدارم واحمد والحكيم والبيحقى عن عبد الله عبن مسعود)
“Sesungguhnya sebenar-benar perkataan adalah (berdasarkan) Kitabullah, dan sebaik-baik jalan hidup adalah jalan yang ditunjukkan (dicontohkan) oleh Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam, dan seburuk-buruk perkara adalah yang diada-adakan dan setiap yang diada-adakan adalah bid’ah dan setiap bid’ah itu sesat (menyimpang) dan setiap yang sesat tempatnya di neraka.”
(Hadits shahih Riwayat Abu Daud, An Nasa’i, Ad Darimi, Ahmad, Al Hakim dan Al Baihaqi dari Sahabat Abdullah bin Mas’ud r.a)

Wasiat inilah yang seharusnya selalu diingat dan dipegang teguh oleh seluruh umatnya hingga akhir zaman, agar kita terbebas dari kesesatan yang dapat menjerumuskan ke dalam api neraka.

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam tidak mewariskan dinar dan dirham, tetapi mewariskan ilmu kepada para ulama dan seluruh umatnya yang didasarkan kepada dua perkara, sebagaimana wasiat Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam yang lain, yang juga telah diucapkan beliau yakni,
تَرَكْتُ فِيْكُمْ أَمْرَيْنِ,فَاِنْ تَمَسَّكْتُمْ بِهِمَا لَنْ تَضِلُّوا اَبَدًا, كِتَابَ اللهِ وَسُنَّةَ رَسُوْلِ اللهِ.(رواه مسلم)
“Aku wariskan kepada kalian dua perkara, maka barangsiapa yang berpegang teguh kepada keduanya, tidak akan pernah tersesat selama-lamanya, itulah Kitabullah dan Sunnah Rasulullah.” (HR.Muslim)

Atas dasar wasiat-wasiat inilah kita harus berupaya terus menerus menyesuaikan amal ibadah kita agar sesuai dengan yang diajarkan oleh Rasulullah shallallahu’alaihi wasallam, sehingga jalan-jalan lurus menuju ketaqwaan kepada Allah yang kita mohonkan minimal 17 kali dalam satu hari satu malam ketika membaca surat Al Fatihah dalam shalat, dapat kita jalani secara istiqamah.

Allah SWT berfirman:

وَاَطِيْعُوا اللّٰهَ وَاَطِيْعُوا الرَّسُوْلَ وَاحْذَرُوْا ۚ فَاِنْ تَوَلَّيْتُمْ فَاعْلَمُوْۤا اَنَّمَا عَلٰى رَسُوْلِنَا الْبَلٰغُ الْمُبِيْنُ
wa athii’ulloha wa athii’ur-rosuula wahzaruu, fa in tawallaitum fa’lamuuu annamaa ‘alaa rosuulinal-balaaghul-mubiin

“Dan taatlah kamu kepada Allah dan taatlah kamu kepada Rasul serta berhati-hatilah. Jika kamu berpaling, maka ketahuilah bahwa kewajiban Rasul Kami hanyalah menyampaikan (amanat) dengan jelas.”
(QS. Al-Ma’idah 5: Ayat 92)

Dalam ayat yg lain Allah nyatakan yg artinya:

“Sungguh telah datang kepadamu seorang Rasul dari kaummu sendiri, berat terasa olehnya penderitaanmu, sangat menginginkan (keimanan dan keselamatan) bagimu, amat belas kasihan lagi penyayang terhadap orang-orang mukmin. Jika mereka berpaling (dari keimanan), maka katakanlah: “Cukuplah Allah bagiku; tidak ada Tuhan selain Dia. Hanya kepada-Nya aku bertawakkal dan Dia adalah Tuhan yang memiliki ‘Arsy yang agung”. (QS. At Taubah (9):128-129)

Rasulullah s.a.w telah bersabda:
مَنْ عَمِلَ عَمَلاً لَيْسَ عَلَيْهِ أَمْرُنَا فَهُوَ رَدٌّ.(رواه ميلم)
“Barangsiapa mengerjakan suatu amalan (ibadah) yang tidak sesuai dengan perintah dari kami maka dia tertolak.” (Hadits shahih riwayat Muslim)

اُوْصِيْكُمْ بِتَقْوَى اللهِ عَزَّوَجَلَّ وَالسَّمْعِ وَالطَّاعَتِ وَاِنْ تَأَمَّرَ عَلَيْكُمْ عَبْدٌ, فَإِنَّهُ مَنْ يَعْشِ مِنْكُمْ فَسَيَرَى اِخْتِلاَ فًا كَثِيْرًا, فَعَلَيْكُمْ بِسُنَّتِى وَسُنَّةِ الْخُلَفَاءُ الرَّاشِدِيْنَ الْمَهْدِيِّيْنَ, عُضُّوْا عَلَيْهَا بِالنَّوَاجِذِ, وَاِيَّاكُمْ وَمُحْدَثَاتِ اْلأُمُوْرِ فَإِنَّ كُلَّ بِدْعَةٍ ضَلاَلَة وَكُلَّ ضَلاَلَةٍ فِى النَّارِ. (رواه ابوداود والترمذى)
“Aku berwasiat kepada kalian agar selalu bertakwa kepada Allah “Azza wajalla, agar mendengar, selalu taat dan patuh meskipun pemimpinmu itu (pemimpin yang benar) adalah seorang budak yang hina. Barangsiapa yang hidup panjang umur, kalian akan melihat banyak perbedaan pendapat (perselisihan). Oleh karena itu kalian haruslah berpegang teguh kepada sunnah-sunnahku dan sunnah khulafaur rasyidin yang mendapat petunjuk. Gigitlah kuat-kuat dengan gigi geraham kalian. Waspadalah terhadap persoalan ibadah yang diada-adakan, sebab setiap bid’ah yang diada-adakan menuju kepada kesesatan, dan setiap yang sesat menuju ke neraka.”
[72] (HR.Abu Daud & Attirmidzi)

Karena itu Rasulullah shallallahu’alaihi wasallam juga pernah bersabda,[73]
كُلُّ أُمَّتِى يَدْخُلُوْنَ الْجَنَّةَ اِلاَّ مَنْ أَبَى.قَالُوْا: مَنْ يَأْبَى يَارَسُوْلُ اللهِ؟ قَالَ: مَنْ عَصَانِيْ فَقَدْ اَبَى. (رواه البخارى)
“Semua umatku akan masuk surga kecuali orang yang tidak mau. Mendengar sabda tersebut para sahabat bertanya, Siapa orang yang menolak itu, ya Rasulullah? Beliau menjawab, “Orang yang menyelisihiku (sunnahku) adalah orang yang menolak.” (Hadits shahih riwayat Al Bukhari)

[72]. 1100 Hadits Terpilih Sinar Ajaran Muhammad, Dr. Muhammad Faiz Almath, GIP halaman 54.
[73]. Ibid, halaman 138.

Saudaraku sesama muslim yg semoga selalu dirahmati Allah.
Demikianlah yang dapat kami jelaskan mengenai Jalan Menuju Taqwa, yang merupakan jalan-jalan lurus menuju keridhoan Allah. Maka jika kita melakukan ibadah yang hanya didasari dengan niat baik dan menurut anggapan kita hal itu suatu kebaikan, tetapi tidak ada petunjuk dan anjurannya dari syariat yang telah ditetapkan Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam, maka seluruh kebaktian ibadah itu tertolak dan sia-sia di sisi Allah.

Tentu ini adalah suatu hal yang sangat merugikan.

Semoga materi kajian ini menjadi bagian ilmu yg bermanfaat utk meningkatkan iman & taqwa kita semua, agar kita diwafatkan Allah dalam keadaan husnul khotimah. Aamiiin
Mohon maaf jika ada yg salah atau tutur kalimat yg kurang berkenan.

سُبْحٰنَكَ لَا عِلْمَ لَنَآ اِلَّا مَا عَلَّمْتَنَا ۗ اِنَّكَ اَنْتَ الْعَلِيْمُ الْحَكِيْمُ
sub-haanaka laa ‘ilma lanaaa illaa maa ‘allamtanaa, innaka antal-‘aliimul-hakiim

“Maha Suci Engkau, tidak ada yang kami ketahui selain apa yang telah Engkau ajarkan kepada kami. Sungguh, Engkaulah Yang Maha Mengetahui, Maha Bijaksana.”
(QS. Al-Baqarah 2: Ayat 32)

سُبْحَانَكَ الَّلهُمَّ وَبِحَمْدِكَ أَشْهَدُ اَنْ لَا اِلَهَ اِلاَّ أَنْتَ اَسْتَغْفِرُكَ وَاَتُوبُ اِلَيْكَ
Maha Suci Engkau Ya Tuhan kami, dan segala puji hanya milikMu, aku bersaksi bahwa tidak ada Tuhan selain Engkau, aku memohon ampun kepadaMu dan aku bertaubat kepadaMu.

Keterangan: –> angka angka dlm kurung [..] adalah catatan kaki.

Salam ukhuwah.
H. Willyuddin Abdul Rasyid Dhani
Wakil Ketua Dewan Da’wah Islam Indonesia (DDII) – Kota Bogor
Wakil Ketua Dewan Syariah Kota Bogor (DSKB).
Dewan Pendiri Islamic Information Centre (IIC)
Wakil ketua Yayasan Pesantren Muara Istiqomah (YMI) Bogor.
Kordinator Komunitas Cinta Qur’an, Cinta Tauhid & Cinta Ruqyah (CQCTCR)
Trainer & Praktisi Ruqyah Syar’iyyah
Ketua Komisi “Penelitian, Pengkajian & Pengawasan Aliran Sesat dan Aliran Sempalan: MUI – Kota Bogor perode 2011 – 2016”
HP: 0818.0802.0675 (WA)
Email: abuhanifah_07(a)yahoo.com

Silakan Share...