SEBAB-SEBAB SUATU BANGSA DIMULIAKAN & DIHINAKAN OLEH ALLAH
Allah Subhanahu Wa Ta’ala berfirman:
اعوذ بالله من الشيطان الرجيم.
بسم الله الرحمن الرحيم.
وَاِ ذَاۤ اَرَدْنَاۤ اَنْ نُّهْلِكَ قَرْيَةً اَمَرْنَا مُتْرَفِيْهَا فَفَسَقُوْا فِيْهَا فَحَقَّ عَلَيْهَا الْقَوْلُ فَدَمَّرْنٰهَا تَدْمِيْرًا
“Dan jika Kami hendak membinasakan suatu negeri, maka Kami perintahkan kepada orang yang hidup mewah di negeri itu (agar menaati Allah), tetapi bila mereka melakukan kedurhakaan di dalam (negeri) itu, maka sepantasnya berlakulah terhadapnya perkataan (hukuman Kami), kemudian Kami hancurkan sama sekali (negeri itu).”
(QS. Al-Isra’ 17: Ayat 16)
Saudara²ku sesama warga bangsaku yang kami cintai karena Allah.
Mendekati akhir zaman –menurut beberapa hadits Nabi– ditandai dengan banyakknya “syurath / syurthah” (aparat) yang menjadi kaki-tangan dan pembela penguasa zalim yang tindakannya sewenang-wenang, rakus thd harta kekayaan dan tidak takut kepada Allah dalam menjalankan tugasnya.
Beberapa hadits ini sedikit banyak menggambarkan tentang karakter mereka.
Hadits pertama.
Dari Auf bin Malik meriwayatkan sabda Nabi saw:
إِمَارَةُ السُّفَهَاءِ، وَكَثْرَةُ الشُّرَطِ، وَبَيْعُ الْحُكْمِ، واسْتِخْفَافٌ بِالدَّمِ، وَقَطِيعَةُ الرَّحِمِ، وَنَشْوٌ يَتَّخِذُونَ الْقُرْآنَ مَزَامِيرَ، يُقَدِّمُونَ أَحَدُهُمْ لِيُغَنِّيَهُمْ وَإِنْ كَانَ أَقَلُّهُمْ فِقْهًا”.
Nabi saw tentang tanda dekatnya akhir zaman itu ditandai dengan adanya 7 hal yaitu:
“Kepemimpinan di kalangam orang² bodoh.
“Banyaknya syuroth (aparat pembela kedzaliman penguasa),
“Jual-beli (dalam penegakan) hukum.
“Meremehkan (urusan) penumpahan darah (pembunuhan).
“Memutuskan silaturahim dan perpecah belahan),
“Sekumpulan orang yang menjadikan Al-Qur’an sebagai nyanyian.
“Mendahulukan (orang yang hanya banyak bersilat lidah) meskipun pemahamannya sangat kurang.” (HR. Imam Ahmad, Thabrani).
Khabar dari Rasulullah saw tentang banyaknya kaki tangan penyokong & pembela penguasa zalim ini sangat memprihatinkan dan akan menjadi kenyataan. Bahkan sudah terjadi di negeri ini.
Banyak penyokong penguasa, yang saling bahu-membahu, bantu membantu untuk membela dan melindungi penguasa dzalim meskipun penguasa tersebut dalam kondisi salah sekalipun. Akibatnya, hukum tumpul ke atas dan tajam ke bawah. Hukum dikendalikan dengan uang sogokan (suap /risywah) dengan diperjual belikan oleh para hakim.
Pengadilan & penegakan hukum yang seharusnya dilakukan demi menegakkan keadilan dan untuk membela kebenaran, malah untuk melindungi pelaku kedzaliman dan menjadi ladang utk mendapatkan harta kekayaan. Sehingga sebagian besar rakyat dan masyarakat semakin menderita dan didzalimi, sebab pelaksanaan hukum ditegakkan hanya untuk menekan rakyat² biasa. Sedangkan orang² kaya dan para penguasa yg berlaku dzalim menjadi pengendali hukum, pembeli hukum yang kebal hukum.
Kalau sudah demikian, maka Allah akan kirimkan huru hara perpecah belahan, musibah² menuju kehinaan & kehancuran.
Hadts Kedua.
Dari Abu Umamah Radhiyallahu ‘anhu, meriwayatkan sabda Nabi ﷺ:
يَكُونُ فِي هَذِهِ اْلأُمَّةِ فِي آخِرِ الزَّمَانِ رِجَالٌ -أَوْ قَالَ: يَخْرُجُ رِجَالٌ مِنْ هَذِهِ اْلأُمَّةِ فِـي آخِرِ الزَّمَانِ- مَعَهُمْ أَسْيَاطٌ كَأَنَّهَا أَذْنَابُ الْبَقَرِ يَغْدُونَ فِي سَخَطِ اللهِ وَيَرُوحُونَ فِي غَضَبِهِ.
Di akhir zaman, akan ada pada umat ini orang-orang (atau beliau bersabda, ‘Beberapa orang dari umat ini akan muncul di akhir zaman, yg mereka keluar membawa cambuk² bagaikan ekor sapi), mereka pergi di pagi hari dengan kemurkaan Allah dan pulang pada sore hari dengan kemarahan-Nya.” (HR. Ahmad)
Mengapa mereka sampai mendapat kemurkaan dan kemarahan (laknat) dari Allah?
Salah satu sebabnya yaitu karena kedzaliman mereka terhadap rakyatnya sendiri untuk mendukung penguasa yg zalim demi mempertahankan kedudukan, jabatan dan mendapatkan kekayaan harta benda.
Dan hal ini merupakan sebab² Allah akan menghancurkan sebuah bangsa.
Hadits ketiga: Rasulullah bersabda:
سَيَكُوْنُ فِي آخِرِ الزَّمَانِ شُرْطَةٌ يَغْدُوْنَ فِـي غَضَبِ اللهِ، وَيَرُوْحُوْنَ فيِ شَخَطِ اللهِ، فَإِيَّاكَ أَنْ تَكُوْنَ مِنْ بِطَانَتِهِمْ.
“Akan ada di akhir zaman para aparat yang pergi pagi dengan kemurkaan Allah dan kembali (pulang sore harinya) dengan laknat dari Allah, maka hati-hatilah engkau agar tidak menjadi kelompok mereka.” (Shahih al jami’).
Rasulullah s.a.w mengisyaratkan akan terjadi pada suatu zaman yang pada saat itu ada aparat (polisi² negara) berseragam resmi, tetapi perilakunya dzalim, keji, sewenang-wenang terhadap rakyatnya dan rakus terhadap harta dunia.
Hadits keempat:
قوله رسول الله صلى الله عليه وسلم: لِيَأْ تِيْنَ عَلىَ النَّاسِ زَمَانٌ يَكُوْنُ عَلَيْكُمْ أُمَرَاءٌ سُفَهَاءُ، يُقَدِّمُوْنَ شِرَارَالنَّاسِ وَيُظْهِرُوْنَ بِخِيَارِهِمْ وَيُؤخِرُوْنَ الصَّلَاةِ عَنْ مَوَاقْتِيْهَا، فَمَنْ أَدْرَكَ ذَلِكَ مِنْكُمْ فَلَا يَكُوْنَنِ عَرِيْفًا وَلاَ شُرْطِيَّا وَلَا جَابِيَّا وَلَا خَازِنَا. رواه أبو يعلى وابن حبان في صحيحه، وقال الهيثمي: رجاله رجال الصحيح خلا عبد الرحمن بن مسعود وهو ثقة اهـ. وحسنه الألباني.
Berkata Rasulullah Shallallah ‘alaihi wasallam, “Benar-benar akan datang kepada kalian wahai manusia, suatu zaman yang penguasanya menjadikan orang² jahat sebagai kepercayaan mereka dan mereka menunda-nunda pelaksanaan shalat dari awal waktunya. Barang siapa yang mendapati masa mereka, maka janganlah sekali kali kalian menjadi bagian dari mereka, baik menjadi penasehatnya, atau polisinya, atau penarik pajaknya, atau bendahara bagi mereka.” (Riwayat Abu ya’la dan Ibnu Hibban dalam shahihnya, dan berkata imam Haitsami: para rijalnya shahih, dan di hasankan oleh Al Bani).
Hadits kelima;
Dari Abu Said Al Khudry r.a, ia berkata, yg artinya “Rasulullah berdiri di tengah² kami dalam salah satu khutbahnya, dimana diantaranya beliau bersabda, ‘Ketika aku hampir saja di panggil (oleh malaikat maut) lalu aku penuhi panggilan tersebut. Maka ketahuilah, bahwa sesudahku kelak kalian akan dipimpin oleh penguasa yang berkata berdasarkan landasan ilmu (yg benar) dan berbuat berdasarkan ilmu itu. Mentaati mereka merupakan ketataan yang benar kepada pemimpinya, dan kalian akan berada dalam kondisi itu selama beberapa waktu lamanya saja. Setelah itu, kalian akan di pimpin oleh para penguasa yang ber kata² tanpa berdasarkan ilmu dan berbuat bukan berdasarkan ilmu. Barangsiapa yang menjadi penasehat mereka, berati ia telah binasa dan membinasakan orang lain. Hendaklah kalian bergaul dengan mereka secara dzohirnya saja, namun janganlah perbuatan kalian mentaati kelakuan mereka. Persaksikanlah siapa yang berbuat baik diantara mereka, ia sebagai orang yang berbuat baik dan orang yang berbuat jahat diantara mereka, maka ia sebagai orang yang jahat.'” (Riwayat Thabrani al Baihaqi, Syaikh Al Bani menyatakan hadits ini shahih).
Saudara² ku sekalian.
Dari beberapa hadist di atas menunjukan bahwa akan hadirnya penguasa, aparat pemerintah dan aparat penegak hukum yang di murkai oleh Allah dalam setiap tindakan dan kebijakan yang dilakukan mereka.
Para ulama banyak menerangkan bahwa kemurkaan Allah dan terlaknatnya mereka dikarenakan tindakan mereka itu sendiri yg suka menperkaya diri, dengan berbuat dzalim, menipu dan sewenang-wenang terhadap rakyatnya. Mereka menghukum dan menegakkan hukum secara sepihak dgn mengabaikan kebenaran dan keadilan, untuk membahagiakan sesama orang dzalim dan memperkaya diri. Padahal kesalahan dan kefasikan ada pada diri mereka.
Terjadinya kehinaan dan kehancuran yang berbahaya yang bakal menimpa masyarakat dan bangsa dari semua ini adalah munculnya para penguasa jahil (bodoh) yang meninggalkan ajaran agama dalam mengemban amanah kekuasaannya. Sehingga mereka melakukan kebijakan dalam pemerintahannya dengan undang² yg didasari hawa nafsu dan akal buruk yang justru akan menimbulkan kefasikan, perpecah belahan, kehinaan dan kehancuran.
Kepemimpinan mendekati akhir zaman ini masuk dalam fase Mulkan Jabbar, dimana kekuasaan sudah tidak lagi memakai kaidah wakil Allah (khalifah) di muka bumi yg tugas dan kewajibannya untuk memakmurkan bumi, menegakkan kebenaran dan keadilan, serta melaksanakan 5 tugas pokok dalam mengemban kekuasaannya, yakni:
1. Untuk menjaga agama rakyatnya agar tetap meng- Esakan Allah dari segala bentuk kesyirikan, penyimpangan dan kesesatan lainnya. Di negeri ini termaktub dalam filosofi sila ke 1. Ketuhanan Yang Maha Esa.
2. Menjaga jiwa (nyawa) rakyatnya dari pembunuhan² dan pertumpahan darah. Tercantum dalam falsafah sila ke 2. Kemanusiaan yang adil dan berada.
3. Menjaga akal rakyatnya (ilmu), agar rakyatnya tidak mudah dihasut, diadu domba dilemahkan dan dihancurkan. Tercantum dalam falsafah sila ke 3. Persatuan Indonesia.
4. Menjaga Nasab rakyatnya, agar menjadi bangsa yang mandiri dengan jatidiri yang kuat. Sehingga dalam musyawarah besar untuk urusan negara, utusan dan perwakilan dari masing² suku / kabilah terwakili oleh nasab yang jelas dan amanah. Dalam falsafah negara dicantumkan dalam sila ke 4. Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmah, kebijaksanaan dalam permusyawaratan dan perwakilan.
5. Menjaga harta benda milik rakyatnya, dari segala bentuk penjarahan, perampasan yang semena-mana dari sesama manusia lainnya (penjajah). Agar tidak saling mendzalimi. Dalam falsafah negara dicantumkan dalam sila ke 5. Keadilan Sosial Bagi Seluruh Rakyat Indonesia.
Penguasa yang dzalim, tidak menjadikan al-Qur`an dan As-Sunnah sebagai undang-undang, dan sudah tidak menjadikan nasehat para ulama zuhud pewaris risalah nabi sebagai penasehat kenegaraan.
Hal ini menjadi dasar haramnya untuk taat secara mutlaq kepada penguasa yang seperti ini.
Syaikh Yusuf bin Abdillah bin Yusuf al Wabil dalam kitab Asyraatus Saa’ah beliau menukil Keterangan Imam Nawawi, “Hadist ini adalah diantara mukjizat Nabi. Sungguh telah terbukti apa yang dikabarkan oleh beliau, adapun orang orang yang membawa cambuk adalah pengawal-pengawal penguasa yang berbuat kedzaliman.” (Syarah Nawawi).
Maka tidak aneh bila sekarang ini kita dapati diantara akhlak para aparat, dan pelaksana kekuasaan semena-mena terhadap rakyatnya, kpd kaum muslimin yang ingin menegakan ajaran agananya dan menegakjan sunnah² Rasulullah saw.
Di sisi lain muncul ulama² provokatif yang justru membenarkan tingkah laku para aparat dzalim itu, seolah² sedang berjihad memberantas kaum khowaridz. Sehingga fatwanya menjadi dasar para aparat untuk kian menindas mujahid² dakwah. Para pejuang divonis sebagai khawarij, bughat (pemberontak) atau sekte takfiri. Padahal mereka sendiri yg takfiri, suka mengkafirkan orang lain. Sehingga dengan label itu mereka halalkan para aparat untuk menangkap sesuka hati. Yang ujung-ujungnya adalah membuat kaum musyrikin, fasikin, munafikin yg memusuhi kaum muslimin justru menjadi senang dan terus melenggang dengan kedzalimannya. Naudzubillah
Semoga kita dijauhkan dari sifat dzalim dan Allah tetap teguhkan dalam hati kaum muslimin dalam manhaj salafus shalih memperjuangkan Islam hingga tegaknya system kepemimpinan umat yg didasari dgn ketaqwaan kepada Allah di muka bumi ini.
Mari kita perjuangkan firman Allah berikut ini:
Allah Subhanahu Wa Ta’ala berfirman:
وَلَوْ اَنَّ اَهْلَ الْقُرٰۤى اٰمَنُوْا وَا تَّقَوْا لَـفَتَحْنَا عَلَيْهِمْ بَرَكٰتٍ مِّنَ السَّمَآءِ وَا لْاَ رْضِ وَلٰـكِنْ كَذَّبُوْا فَاَ خَذْنٰهُمْ بِمَا كَا نُوْا يَكْسِبُوْنَ
“Dan sekiranya penduduk negeri mau beriman dan bertakwa, pasti Kami akan melimpahkan kepada mereka keberkahan dari langit dan dari bumi, tetapi ternyata mereka mendustakan (ayat-ayat Kami), maka Kami siksa mereka sesuai dengan apa yang telah mereka kerjakan.”
(QS. Al-A’raf 7: Ayat 96)
برك الله لى ولكم فى القران كريم.
Rasulullah saw bersabda:
اِذَا اَرَادَاللهُ بِقَوْمٍ خَيْرًا وَلَّى عَلَيْهِمْ حُلَمَاءَهُمْ. وَقَضَى بَيْنَهُمْ عُلَمَاؤُهُمْ. وَجَعَلَ الْمَالَ فِيْ سُمَحَائِهِمْ. وَاِذَا اَرَادَاللهُ بِقَوْمٍ شَرًّا وَلَّى عَلَيْهِمْ سُفَهَاءَهُمْ. وَقَضَى بَيْنَهُم جُهَّلُهُمْ. وَجَعَلَ الْمَالَ فِيْ بُخَلَائِهِمْ. (الديلمى)
Apabila Allah menghendaki kebaikan bagi suatu kaum maka dijadikan pemimpin² mereka orang² yg paling bijaksana, ulama² (zuhud) mereka sebagai penentu hukum & peradilan. Allah kuasakan harta benda ditangan orang² yang dermawan. Jika Allah ingin terjadi kehancuran bagi suatu kaum, maka Allah jadikan pemimpin² mereka orang sufaha’ (berakhlaq buruk), Orang jahil (dungu) yang mengendalikan hukum dan peradilan, dan harta benda dikuasai oleh segelintir orang yqng bakhil”. (HR. Ad Dailami)
Wallahualam bis Shawab
Salam ukhuwah
K.H. Willyuddin Abdul Rasyid Dhani
(Ustadz Dhani)